PERTUMBUHAN INDIVIDU
A. PENGERTIAN INDIVIDU
“individu”
berasal dari kata latin, “individuum” artinya “yang tak terbagi”. Individu
merupakan suatu sebutan yang dapat dipaka untuk menyatakan suatu kesatuan yang
paling kecil dan terbatas. Individu bukan berart manusia sebagai suatu
keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas,
yaitu sebagai manusia perseorangan. Setiap individu corak sifat dan tabiat yang
berbeda.
Individu
adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas didalam
lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribaian serta pola tingkah
laku spesifik lainnya. Hasil pengamatan manusia dengan segala maknanya
merupakan suatu keutuhan ciptaan Tuhan yang mempunyai tiga aspek melekat pada
dirinya, yaitu aspek organik jasmaniah,
aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial kebersamaan. Ketiga aspek
tersebut saling mempengaruhi, keguncangan pada suatu aspek akan membawa akibat
pada aspek lainnya.
Proses
yang meningkatkan ciri-ciri individualitas pada seseorang sampai pada dirinya
sendiri, disebut proses individualisasi
atau aktualisasi diri. Konflik
mungkin terjadi karena pola tingkah laku spesifik dirinya bertentangan dengan
peranan yang dituntut oleh masyarakat sekitarnya.
Individu
dalam bertingkah laku menurut pola pribadinya ada tiga kemungkinan: menyimpang
dari norma kolektif kehilangan indvidualitasnya atau takluk terhadap kolektif,
dan mempengaruhi masyarakat setiap adanya tokoh pahlawan atau pengacau.
Pertumbuhan merupakan suatu perubahan yang menuju ke arah yang lebih maju dan lebih dewasa, perubahan ini dsebut juga dengan proses. Timbul beberapa pendapat mengenai pertumbuhan dari berbagai aliran, yaitu:
B. PENGERTIAN PERTUMBUHAN
Pertumbuhan merupakan suatu perubahan yang menuju ke arah yang lebih maju dan lebih dewasa, perubahan ini dsebut juga dengan proses. Timbul beberapa pendapat mengenai pertumbuhan dari berbagai aliran, yaitu:
1.
Aliran
Asosiasi
Pertumbuhan
pada dasarnya adalah proses asosiasi.
Pengertian tentang proses asosiasi yaitu terjadinya perubahan pada seseorag
secara tahap dei tahap karena pengaruh baik dari pengalaman atau empiri luar
melalui panca indra yang menimbulkan sensations
maupun pengalaman dalam mengenai keadaan batin sendiri yang menumbulkan reflextions.
Kedua macam kesan (sensation dan
reflections) merupakan pengertian yang sederhana yang kemudian dengan proses
asosiasi membentuk pengertian yang lebih kompleks.
2.
Aliran
Psikologis Gestalt
Pertumbuhan
adalah proses diferensasi. Dalam
proses ini yang menjadi hal pokok adalah keseluruhan, sedang bagian-bagian
hanya mempunyai arti sebagai bagian dari keseluruhan dalam hubungan fungsional
dengan bagian-bagian yang lain. Kesimpulannya pertumbuhan itu adalah proses perubahan
secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal suatu yang semula mengenal
suatu secara keseluruhan baru kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan
yang ada.
Kemudian
kita mengenal konsepsi aliran sosiologi dimana ahli dari pengikut aliran ini
menganggap bahwa pertumbuhan itu adalah proses sosialisasi yaitu proses
perubahan dari sifat mula-mula yang asosial atau juga sosial kemudian tahap
demi tahap disosialisasikan.
C. AKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN
Dalam
pertumbuhan itu ada bermacam-macam aliran, namun pada garis besarnya dapat
digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu:
1.
Pendirian Nativistik
Menurut para ahli dari golongan ini
berendapat, bahwa pertumbuhan individu itu semata-mata ditentukan oleh
faktor-faktor yang dibawa sejak lahir.
Para ahli dari golongan ini mennjukkan berbagai
kesempatan atau kemiripan antara orang tua dengan anaknya. Misalnya seorang
ayah memiliki keahlian dibidang seni lukis maka kemungkinan besar anaknya juga
menjadi pelukis. Tetapi hal ini akan menimbulkan keragu-raguan apakah kesamaan
antara orang tua dan anaknya benar-benar disebabkan oleh pembawaan sejak lahir
ataukan mungkin karena adanya fasilitas-fasilitas atau hal-hal lain yang dapat
memberikan dorongan kearah kemajuannya.
2.
Pendirian Emperistik dan Environmentalistik
Pendirian ini berlawanan dengan
pendapat nativistik. Para ahli berpendapat, bahwa pertumbuhan individu
semata-mata tergantung pada lingkungan sedang dasar tdak berperan sama sekali.
Jadi menurut pendirian ini menolak
dasar dalam pertumbuhan individu dan lebih menekankan pada lingkungan dan
konsekuensinya hanya lingkunganlah yang banyak dibicarakan. Pendirian semacam
ini biasa disebut pendirian yang environmentalistik.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pendirian ini pada hakikatnya adalah kelanjutan
dari paham emperisme.
Apabila konsepsi ini dapat tahan
uji (benar) akan dihasilkan menusia-manusia ideal asalkan dapat disediakan
kondisi yang dibutuhkan untuk usaha itu. Tetapi dalam kenyataan sering dijumoa
lain, banyak diantara anak-anak orang kaya atau orang pendai mengecewakan orang
tuanya, karena tidak berhasil dalam belajar, walaupun fasilitas yang diperlukan
telah tersedia secara lengkap dan
sebaliknya ada anak-anak dari orang tua yang kurang mampu sangat berhasil dalam
belaja, walaupun fasilitas belajar yang dimiliki sangat minimal, jauh dari
mencukupi.
Menurut paham ini didalam
pertumbuhan individu itu baik dasar maupun lingkungan keduanya memegang peranan
penting. Bakat atau dasar sebagai kemungkinan ada pada masing-masing individu
namun bakat dan dasar yang dipunyai itu perlu diselaraskan dengan lingkungan
yang dapat tumbuh dengan baik. Misalnya
pada anak yang normal memiliki dasar atau bakat untuk berdiri tegak diatas
kedua kaki, bila anak ini diasuh dalam lingkungan masyarakat manusia. Tetapi
apabila anak yang normal ini kebetulan terlantar disebuah hutan kemudian diasuh
oleh serigala sudah tentu anak itu tidak
dapat berdiri tegak pada kedua kakinya dan dia akan merangkak seperti serigala
yang mengasuhnya.
Disamping harus adanya dasar, juga
oerlu dipertimbangkan masalah kematangan (readiness), misalnya anak yang normal
berusia enam bulan, walaupun anak tersebut hidup diantara manusia-manusia lain
ada kemungkinan juga anak itu tak akan dapat berjalan karena belum matang untuk
melakukan hal itu.
3.
Pendirian Konvergensi dan Interaksionisme
Kebanyakan para ahli mengakui
pendirian konvergensi dengan modifikasi seperlunya. Suatu modifikasi yang
terkenal yang sering dianggap sebagai perkembangan lebih jauh konsepsi konvergensi ialah konsepsi interaksionisme yang
berpandangan dinamis yang menyatakan bahwa interaksi dasar dan lingkungan dapat
menentukan pertumbuhan individu. Nampak lain dengan konsepsi konvergensi yang
berpandangan statis yaitu menganggap pertumbuhan individu itu ditentukan oleh dasar
(bakat) dan lingkungan.
4.
Tahap Pertumbuhan Individu berdasar Psikologi
Pertumbuhan individu sejak lehir sampai masa dewasa
atau masa kematangan itu melalui beberapa fase sebagai berikut:
a.
Masa vital yaitu dari 0,0 sampai kira-kira 2,0
tahun.
b.
Masa estetik dari umur kira-kira 2,0 tahun
sampai kra-kira 7,0 tahun.
c.
Masa intelektual dari kira-kira umur 7,0 tahun
sampai kira-kira umur 13,0 tahun atau 14,0 tahun.
d.
Masa sosial, kira-kira umur 13,0 tahun atau 14,0
tahun sampai kira-kira umur 20,0 tahun atau 21,0 tahun.
a.
Masa Vital
Pada masa vital ini individu menggunakan fungsi-fungsi
biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Menurut Freud tahun
pertama dalam kehidupan individu itu sebagai masa oral, karena mulut dipandang
sebagai sumber kenikmatan dan ketidak-nikmatan.
Pendapat semacam ini mungkin beralasan kepada
kenyataan, bahwa pada masa ini mulut memainkan peranan terpenting dalam
kehidupan individu. Bahwa anak memasukkan apa saja yang dijumpai kedalam
mulutnya itu tidak karena mulutnya merupakan sumber kenikmatan utama, melainkan
karena pada waktu itu merupakan alat utama untuk melakukan eksplorasi dan
belajar. Pada tahun kedua anak belajar berjalan, dan dengan berjalan itu anak
mulai pula belajar menguasai ruang. Disamping itu terjadi pembiasaan tahu akan
kebersihan. Melalui tahu akan kebersihan itu anak belajar mengontrol
impuls-impuls yang datang dari dalam dirinya.
b.
Masa Estetik
Masa estetik ini dianggap sebagai masa pertumbuhan
rasa keindahan. Sebenernya kata estetik diartikan bahwa masa ini pertumbuhan
anak yang terutama adalah fungsi pancaindera. Dalam masa ini pula tampak
unculnya gejala kenakalan yang umumnya terjadi anatara umur 3,0 tahun sampai
umur 5,0 tahun. Anak sering menentang kata-kata kasar, dengan sengaja melanggar
apa yang dilarang dan tidak meakukan apa yang seharusnya untuk dilakukan.
Adappun alasan anak berbut
kenakalan dalam usia-usia tersebut adalah sebagai berikut:
Berkat pertumbuhan bahasanya yang
merupakan modal utama bagi anak dalam maenghadapi dunianya maka sampailah anak
pada penyadaran “aku”nya atau tahap menemukan “aku”nya yaitu suatu tahap ketika
anak menemukan dirinya sebagai subyek.
Kalau pada masa-masa sebelumnya
anak masih merasa satu dengan dunianya belum mampu mengadakan pemisahan secara
sadara antara dirinya sendiri sebagai subyek dan yang lain sebagai obyek maka
kemampuan itu kini dimilikinya. Berarti dia menyadari bahwa dirinya juga subyek
seperti yang lain. Sebagai subyek dia mempunyai pula kebebasan untuk menolak
sesuatu. Karena jarang menemukan kenyataan tersebut maka anak seakan-akan ingin
mendapatkan pengalaman sebagai subyek yang bebas menentukan keinginannya itu.
c.
Masa Intelektual (masa keserasian bersekolah)
Setelah anak melewati masa
kegoncangan yang pertama, maka proses sosialisasinya telah berlangsung dengan
lebih efektif, sehingga menjadi matang untuk dididik daripada masa-masa sebelum
dan sesudahnya.
Ada beberapa sifat khas pada anak-anak
pada masa ini antara lain:
1.
Adanya korelasi posistif yang tinggi antara
keadaan jasmani dengan prestasi sekolah.
2.
Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan,
permainan yang tradisional
3.
Adanya kecenderungan memuji didi sendiri
4.
Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu saol
amka soal itu dianggap tidak penting.
5.
Senang membangdingkan-bandingkan dirinya dengan
anak lain, bila hal itu menguntungkan, dalam hubungan ini ada kecenderungan
untuk merehkan anak lain.
6.
Adanya minat kepada kehidupan praktis
sehari-hari yang konkrit.
7.
Amat realistik, ingin tahu, ingin belajar.
8.
Gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk
dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ada kecenderungan anak tidak
lagi terikat kepada aturan permainan tradisional, mereka membuat aturan-aturan sendiri,
setelah anak memasuki masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar.
d.
Masa remaja
Masa remaja meruakan masa yang banyak menarik
perhatian masyarakat karena mempunyai sifat-sifat khas yang menentukan dalam
kehidupan individu dalam masyarakatnya. Karena manusia dewasa harus hidup dalam
alam kultur dan harus dapat menempatkan dirinya diantara nilai-nilai (kultur)
itu maka perlu mengenal dirinya sebagai pendukung maupun pelaksana nilai-nila.
Untuk inilah maka ia harus mengarahkan dirinya agar dapat menemukan diri,
meneliti sikap hidup yang lama dan mencoba-coba yang baru agar dapat menjadi
pribadi yang dewasa. Pada dasarnya ini masih dirinci kedalam beberapa masa,
yaitu :
1.
Masa pra remaja
Penggunaan isitilah pra remaja ini hanya untuk
menunjukan satu masa yang mengikuti masa pueral yang berlangsung secra singkat.
Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif sehingga disebut juga masa negatif.
Pada masa ini terdapat beberapa gejala yag dianggap
sebagai gejala negatif misalnya tidak tenang, kurang suka bekerja, kurang suka
bergerak, lekas lelah, kebutuhan untuk tidur besar, hati sering murung,
pesimitik dan non sosial. Aau dapat dikatakan secara ringkasnya sifat-sifat
negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun prestasi mental. Negatif
dalam sikap sosial baik dalam bentuk pasif maupun dalam bentuk apresif terhadap
masyarakat.
Terjadinya gejala-gejala negatif itu pada umumnya
berpangkal pada biologis yaitu mulai bekerjanya kelenjar-kelenjar kelamin, yang
dapat membawa perubahanperubahan cepat dalam diri si remaja yang sering kali
perubahan-perubahan yang cepat ini belum mereka fahami sehingga dapat
menimbulkan rasa ragu-ragu, kurang pasti dan bersifat malu.
2.
Masa Remaja
Sebagai gejala pada masa ini adalah merindu puja. Dala
fase ini (masa negatif) untuk pertama kalinya remaja sadar akan kesepian yang
tidak pernah dialaminya pada masa-masa sebelumnya.
Kesejukan didalam penderitaan yang nampaknya tidak ada
orang yang dapat mengerti dan memahaminya dan menerangkannya. Sebagai reaksi pertama-tama
terhadap gangguan ketenangan dan keamanan batinnya ialah protes terhadap
sekitarnya yang dirasanya tiba-tiba bersikap menterlantarkan dan memusuhinya.
Sebagai tingkah berikutnya ialah kebutuhan akan teman yang dapat memaham dan
menolongnya serta yang dapat merasakan suka dan dukanya.
3.
Masa usia mahasiswa
Masa umur mahasiswa dapat digolongkan pemuda-pemuda
yang berusia sekitar 18,0 tahun sampai 30,0 tahun. Meeka dapat dikelompokkan
pada masa remaja akhir sampai dewasa awal atau dewasa madya.
Pada masa usia mahasiswa banyak operistiwa-peristiwa
yang perlu diperhatikan, antara lain yaitu : bila dilihat dari segi
pertumbuhan, tugas perkembangan pada mahasiswa ini adalah pemantapan pendirian
hidup, yaitu pengujian lebih lanjut pendirian hidup serta penyiapan diri dengan
keterampilan dan kemampuan-kemampuan yang digunakan untuk merealisasikan
pendirian hidup yang telah dipilohnya. Mahasiswa ini termasuk kelompok khusus
dalam masyarakat maka mereka mulai mempersiapkan diri untuk menerima
tugas-tugas pimpinan dimasa mendatang. Oleh karena itu mereka mulai mempelajari
berbagai aspek kehidupan. Sebagai remaja pimpinan dipelajari dan dipersiapkan
selama usia mahasiswa ini, misalnya kebudayaan keluarga, kemampuan memimpin,
kemampuan mengambil keputusan, kemampuan menyesuaikan diri secara sosial.
Mahasiswa akan mengalami perubahan secara perlahan
demi sikap hidup yang idealistik ke sikap hidup yang realistik. Dengan demikian
keinginan-keinginan yang kurang realistik dalam dirinya dan realitas dalam
lingkungannya telah terganti dengan yang lebih berdasar kepada realistis.
Tetapi hal ini tidak berarti bahwa dikalangan mahasiswa tidak ada idealisme,
justu pada mahasiswa ini banyak terdapat idealisme tetapi idealisme yang
realistik yaitu yang dapat diterapkan dalam tindakan.
Dengan uraian-uraian ini diharapkan adanya suatu
pemahaman mengenai manusia sebagai individu.
“manusia merupakan makhluk individual tidak hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga, melainkan juga dalam arti bahwa tiap-tiap itu erupakan pribadi yang khas, menurut corak kepribadiaannya, termasuk kecakapannya sendiri.”
“manusia merupakan makhluk individual tidak hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga, melainkan juga dalam arti bahwa tiap-tiap itu erupakan pribadi yang khas, menurut corak kepribadiaannya, termasuk kecakapannya sendiri.”
Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya
suatu masyarakat yang menjadi latar keberadaannya. Karena dari sinilah kita
akan baru bisa memahami seseorang individu seperti kata johnson.
“.......person
are what they are always in social context..... the solitary person is unreal,
abstract, artifical, abnormal........”
.
.
B. FUNGSI KELUARGA
Keluarga ialah unit satuan
masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam
masyarakat. Kelompok ini, dalam hubungannya dengan perkembangan individu,
sering dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah yang melahirkan
individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat. Tidaklah
dapat dipungkiri, bahwa sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya
terbatas selaku penerus keturunan saja. Banyak hal-hal mengenai kepribadaian
yang dapat dirunut dari keluarga, yang pada saat-saat sekarang ini sering
silupakan orang. Perkembangan intelektual akan kesadaran lingkungan seorang
individu seringkali dilepaskan dan bahkan dipisahkan dengan masalah keluarga.
Hal-hal semacam inilah yang sering menimbulkan masalah-masalah sosial, karena
kehilangan pijakan. Keluarga sudah seringkali terlihat kehilangan
peranannya.oleh karena itu adalah bijaksanalah jika dilihat dan dikembalikan
peranan keluarga dan proporsi yang sebenarnya dengan skala prioritas yang pas.
Keluarga, pada umumnya, diketahui terdiri dari seorang individu (suami)
individu lainnya (istri) yang selalu berusaha menjaga rasa aman dan ketentraman
ketika menghadapisegala suka duka hidup dalam eratnya arti ikatan luhur hidup
bersama.
Keluarga sebagai kelompok pertama
yang dikenal individu sangat berpengaruh secara langsung terhadap perkembangan
individu sebelum maupun sesudah terjun langsung secara individual di
masyarakat.
a.
Pengertian fungsi keluarga
Dalam kehidupan keluarga sering kita jumpai adanya
pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan. Suatu oekerjaan atau tugas yang harus
dilakukan itu biasa disebut dengan fungsi. Fungsi keluarga adalah suatu
pekerjaan-pekerjaan atau tugas-tugas yang harus dilaksanakan didalam atau oleh
keluarga itu.
b.
Macam-macam fungsi keluarga
Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh keluarga
itu dapat digolongkan kedalam beberapa fungsi, yaitu:
·
Fungsi biologis
·
Fungsi pemeliharaan
·
Fungsi ekonomi
·
Fungsi keagamaan
·
Fungsi sosial
·
Fungsi biologis
Dengan fungsi ini diharapkan
agar keluarga dapat menyelenggarakan persiapan-persiapan perkawinan bagi anak-anaknya.
karena dengan perkawinan akan terjadi proses kelangsungan keturunan. Dan setiap
manusia pada hakikatnya terdapat semaca, tuntutan biologi bagi kelangsungan
hidup keturunannya, melalui perkawinan.
Persiapan
perkawinan yang perlu dilakukan oleh orang tua bagi anak-anaknya dapat
berbentuk antara lain pengetahuan tentang kehidupan sex bagi suami isteri,
pengetahuan untuk mengatur rumah tangga bagi isteri, tugas dan kewajiban bagi
suami, memelihara pendidikan bagi anak anak dan lain-lain. Persiapan ini
dilakukan sejak anak menginjak kedewasaan. Sehingga tepat pada waktunya ia
sudah matang menerima keadaan baru dalam mengatungi hidup rumah tangganya.
Dengan persiapan
yang cukuo matang ini dapat mewujudkan suatu bentuk kehidupan rumah tangga yang
baik dan harmonis. Kebaikan rumah tangga ini dapat membawa pengaruh yang baik
pula dalam kehidupan bermasyarakat.
·
Fungsi pemeliharaan
Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap
anggotanya dapat dapat terlindungi dari gangguan-gangguan sebagai berikut:
1.
Gangguan udara dengan berusaha menyediakan rumah
2.
Gangguan penyakit dengan berusaha menyediakan
obat obatan.
3.
Gangguan bahaya dengan berusaha menyediakan
pagar tembok dan lainlain
Bila dalam keluarga fungsi ini telah dijalankan dengan
sebaik-baiknya sudah barang tertentu akan membantu terpeliharanya keamanan
dalam masyarakat pula. Sehingga terwujudsuatu masyarakat yang telepas/terhindar
dari segala gangguan apapun yang terjadi.
·
Keluarga berusaha menyelenggarakan kebutuhan
manusia yang pokok yaitu:
1.
Kebutuhan makan dan minum
2.
Kebutuhan pakaian untuk menutupi tubuhnya
3.
Kebutuhan tempat tinggal
Berhubung dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan
pokok ini maka orng tua mewajibkan untuk berusaha keras agar setiap anggota
keluarga dapat cukup makan dan minum, cukup pakaian serta tempat tinggal.
Sehubungan dengan fungsi ini keluarga juga berusaha
melengkapi kebutuhan jasmani dimana keluarga (orang tua) diwajibkan berusaha agar
anggotanya mendapat perlengkapan hidup yang bersifat jasmaniah baik yang
bersfat umum maupun yang bersifat individual. Perlengkapan jasmaniah keluarga
yang sifatnya umum misalnya meja, kursi, tempat tidur, lampu dan lain-lain.
Sedangkan perlengkapan jasmaniah yang bersifat bersifat individual misalnya
alat-alat sekolah, pakaian, perhiasan dan lain-lain
Juga dapat termasuk kedalam golongan perlengkapan
jasmani adalah permainan anak. Permainan anak ini memiliki nilai bagi anak-anak
untuk mengembangkan daya cipta disamping sebagai alat-alat rekreasi anak.
·
Fungsi keagamaan
Dinegara indonesia yang berideologi pancasila
berkewajiban pada setiap warganya (rakyat) untuk menghayati, mendalami dan
mengamalkan pancasila didala perilaku dan kehidupan keluarganya sehingga
benar-benar dapat diamalkan P4 ini dalam kehidupan keluarga yang pancasila.
Dengan dasar pedoman ini keluarga diwajibkan untuk
menjalani dan mendalami serta mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam pelakunya
sebagai manusia yang taqwa kepada Tuhan yang maha esa. Dengan demikian akan
tercermin bentuk masyarakat yang Pancasila semua keluarga melaksanakan P4 dan
fungsi keluarga ini.
·
Fungsi sosial
Dengan fungsi ini keluarga berusaha untuk
mempersiapkan anak-anaknya bekal selengkapnya dengan memperkenalkan nilai-nilai
dan sikap-sikap yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan-peranan
yang diharapkan akan merek jalnkan kelak bila sudah dewasa. Dengan demikian
terjadi apa yang disebut dengan istilah sosialisasi.
Dengan fungsi ini diharapkan agar didalam keluarga
selalu terjadi pewarisan kebudayaan atau nilai-nilai kebudayaan. Kebudayaan
yang diwariskan itu adalah kebudayaan yang telah dimiliki oleh generasi tua
yaitu ayah dan ibu, diwariskan kepada anak anaknya dalam bentuk antara lain
sopan santun, bahasa, cara bertingkah laku, ukuran tentang baik buruknya
perbuatan dan lain-lain.
Dengan melalui nasihat dan larangan, orang tua menyampaikan
norma-norma hidup tertentu dalam bertingkah laku.
C. INDIVIDU, KELUARGA dan MASYARAKAT
1) Pengertian Individu
Individu
berasal dari kata latin, “individumm” yang artinya yang tak terbagi. Kata
individu merupakan sebutan yang dapat untuk menyatakan suatu kesatuan yang
paling kecil dan terbatas.
Kata individu
bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan
sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai anusia perseorangan, demikian
pendapat Dr.A.Lysen.
2) Pengertian Keluarga
Ada beberapa
pandangan atau anggapan mengenai keluarga. Menurut Sigmun Freud keluarga itu
terbentuk karena adanya perkawinan pria dan wanita. Bahwa perkawinan itu
menurut belia adalah berdasarkan libido sesksualis.dengan demikian keluarga
merupakan manifestasi daripada dorongan seksual sehingga landasan keluarga itu
adalah kehidupan seksual suami istri.
Perlu kita
ketahui bahwa kasus seksual memang harus dijuruskan dengan cara-cara yang
ditrima oleh norma hidup. Namun hidup seksual itu tidak langgeng sebab
seksuaitas manusia akan mati sebelum manusi aitu sendiri mati. Kehidupan
seksual manusia itu berubah ubah dari masa ke masa, dari umur ke umur dari
keadaan satu ke adaan yang lainya.
Oleh karena
itu apabila keluarga ini benar-benar dibangun atas dasar hidup seksual,maka
keluarga itu kana lebih goyah terus dan akan segeara pecah setelah kehidupan
seksual suami itu berkurang. Hal ini kurang realistis. Lain halnya dengan Adler
perpendapat bahwa maligai keluarga dibangun berdasarkan hasrat atau nafsu
berkuasa. Tetapi inipun tidak realistis sebab menurut nalar keluarga yang
dibangun di atas dasar nafsu menguasai itu tidak pernah sejahtera. Padahal yang
dicita-citakan adalah keluarga bahagia sejahtera.
3) Pengertian Masyarakat
3) Pengertian Masyarakat
Drs. JBAF
Mayor Polak menyebut masyarakat (Society) adalah wadah segenap antar hubungan
sosial terdiri atas banyak sekali kolektiva-kolektiva serta kelompok dan
tiap-tiap kelompok terdiri atas kelompok-kelompok lebih baik atau sub kelompok.
Kemudian
pendapat dari Prof. M.M.Djojodiguno tentang masyarakat adalah suatu kebulatan
daripada segala perkembangan dalam hidup bersama antara manusia dengan manusia.
Akhirnya Hasan Sadily berpendapat bahwa masyarakat adalah suatu keadaan badan
atau kumpulan manusia yang hidup bersama.
Jelasnya:
Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehiduapn,
norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.
Tatanan
kehidupan, norma-norma yang mereka memiliki itulah yang menjadi dasar kehidupan
sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia
yang memiliki ciri-ciri kehidupan yang khas. Dalam lingkungan itu, antara orang
tua dan anak, antara ibu dan ayah, antara kakek dan cucu, antara kaum laki-laki
atau sesama kaum wanita, atau antara kaum laki-laki dan kaum wanita, larut
dalam suatu kehidupan manusia, yang disebut masyarakat.
Menilik
kenyataan dilapangan, suatu kelompok masyarakat dapat berupa suatu suku bangsa.
Bisa juga berlatar belakang dari berbagai suku.
a.)
Masyarakat sederhana. Dalam lingkungan
masyarakat sederhana (primitif) pola pembagian kerja cenderung dibedakan
menurut jenis kelamin. Pembagian kerja dalam bentuk lain tidak terungkap dengan
jelas, sejalan dengan pola kehidupan dan pola perekonomian masyarakat primitif atau
belum sedemikian rupa seperti pada masyarakat maju.
b.)
Masyarakat maju. Masyarakat maju memiliki aneka
ragam kelompok sosial, atau lebih akrab dengan sebutan kelompok organisasi
kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan serta tujuan
tertentu yang akan dicapai organisasi kemasyarakatan itu dapat tumbuh dan
berkembang dalam lingkungan terbatas sampai pada cangkupan nasional, regional
maupun internasional. Dalam lingkungan masyarakat maju, dapat dibedakan sebagai
kelompok masyarakat non industri dan masyarakat industri.
(1)
Masyarakat Non Industri
Secara garis besar, kelompok nasional atau organisasi kemasyarakatan
non industri dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu kelompok primer
(primary group) dan kelompok sekunder (secondary group).
(a)
Kelompok primer
Dalam kelompok primer, interaksi antar anggota terjalin lebih
intensif, lebih erat, lebih akrab. Kelompok primer ini disebut juga kelompok
“face to face group”, sebab anggota kelompok sering berdialog, bertatap muka,
karena itu saling mengenal lebih dekat, lebih akrab. Sifat interaksi dalam
kelompok-kelompok priimer bercorak kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati.
Pembagian kerja atau pembagian tugas pada kelompok menerima serta menjalankan
tugas tidak secara paksa, lebih dititik beratkan pada kesadaran, tanggung jawab
para anggota dan berlangsung atas dasar rasa simpati dan secara sukarela.
Contoh-contoh kelompok primer, antara lain : keluarga, rukun tetangga,
kelompok kerja, kelompok agama, dan lain sebagainya.
(b)
Kelompok Sekunder
Antara anggota kelompok sekunder,
terpaut saling hubungan tak langsung, formal, juga kurang bersifat
kekeluargaan. Oleh karena itu, sifat interaksi, pembagian kerja, pembagian
kerja antar anggota kelompok diatur atas dasar pertimbangan-pertimbangan
rasional, obyektif.
Para anggota menerima pembagian
kerja/pembagian tugas atas dasar kemampuan, keahlian tertentu, disamping
dituntut dedikasi. Hal-hal semacam itu diperlukan untuk mencapai target dan
tujuan tertentu yang telah di flot dalam program-program yang telah sama-sama
disepakati.
Contoh : Semua kelompok sosial, perkumpulan-perkumpulan,
atau organisasi-organisasi kemasyarakatan yang memiliki anggota kelompok tidak
resmi.
(2)
Masyarakat Industri
Durkheim mempergunakan variasi pembagian kerja
sebagai dasar untuk mendeklasifikasikan dasar masyarakat, sesuai dengan taraf
perkembangannya. Akan tetapi ia lebih cenderung mempergunakan dua taraf
klasifikasi, yaitu yang sederhana dan kompleks. Masyarakat-masyarakat yang
berada di tengah kedua ekstrim tadi diabaikannya (Soerjono Soekanto, 1982 :
190).
Jika pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda
bahwa kapasitas masyarakat semakin tinggi. Solidaritas didasarkan pada hubungan
saling ketergantungan antara kelompok-kelompok masyarakat yang telah mengenal
pengkhususan. Otonomi sejenis, juga menjadi ciri dari bagian/kelompok-kelompok
masyarakat. Otonomi sejenis dapat diartikan dengan kepandaian/keahlian khusus
yang dimiliki seseorang secara mandiri, sampai pada batas-batas tertentu.
Contoh-contoh : tukang roti, tukang sepatu, tukang
bubut, tukang las, ahli mesin, ahli listrik dan ahli dinamo, mereka dapat
bekerja secara mandiri. Dengan timbulnya spesialisasi fungsional, makin
berkurang pula ide-ide kolektif untuk diekpresiasikan dan dikerjakan bersama.
Dengan demikian semakin kompleks pembagian kerja, semakin banyak timbul
kepribadian individu. Sudah barang tentu masyarakat sebagai keseluruhan
memerlukan derajat integrasi yang serasi. Akan tetapi hanya akan sampai pada
batas tertentu, sesuai dengan bertambahnya individualisme.
4.
HUBUNGAN
ANTAR INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT
A. Makna Individu
Manusia adalah makhluk
individu. Makhluk individu berarti makhluk yang tidak dapat dibagi-bagi, tidak
dapat dipisah-pisahkan antara jiwa dan raganya.
Para ahli Psikologi modern menegaskan bahwa manusia itu merupakan suatu
kesatuan jiwa raga yang kegiatannya sebagai keseluruhan, sebagai kesatuan.
Kegiatan manusia sehari-hari merupakan kegiatan keseluruhan jiwa raganya. Bukan
hanya kegiatan alat-alat tubuh saja, atau bukan hanya aktivitas dari
kemampuan-kemampuan jiwa satu persatu terlepas daripada yang lain.
Tegasnya,
apabila kita mengamati sesuatu, maka kita bukan hanya melihat sesuatu dengan
alat mata kita saja, melainkan juga seluruh minat, dan perhatian yang kita
curahkan kepada objek yang kita amati itu. Minat dan perhatian ini sangat
dipengaruhi oleh niat dan kebutuhan kita pada waktu itu. Dalam pengamatan suatu
objek tersebut keseluruhan jiwa raga kita terlibat dalam proses pengamatan itu,
dan tidak hanya indera mata saja.
Kenyataan-kenyataan
yang kita dapati dalam kehidupan sehari-hari setiap individu berkembang sejalan
dengan ciri-ciri khasnya, walaupun dalam kehidupan lingkungan yang sama.
Contohnya yang sangat tepat adalah anak kembar. Dua individu manusia yang
berasal dari satu keturunan yang sama. Bersumber dari satu indung telur, tetapi
toh-tetap memiliki karakter ramah, tamah, periang, dan mudah bergaul dengan
teman-teman sebaya dalasm lingkungannya. Anak yang satu lagi bersifat tertutup,
pemalu, sukar bergaul dengan teman-teman sebaya dan lingkungannya.
B. Makna keluarga
Keluarga adalah merupakan
kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga menurupakan
sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan
mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan
anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial
ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, di mana saja dalam satuan
masyarakat manusia.
Di sini kita sebutkan 5 macam sifat
yang terpenting yaitu :
1. Hubungan suami – isteri :
Hubungan ini mungkin berlangsung seumur hidup dan
mungkin dalam waktu yang singkat saja. Ada yang berbentuk monogomi, ada pula
yang poligami. Bahkan masyarakat yang sederhana terdapat “group married”, yaitu
sekelompok wanita kawin dengan sekelompok laki-laki.
2. Bentuk perkawinan di mana
suami-isteri itu diadakan dan dipelihara.
Dalam
pemilihan jodoh dapat kita lihat, bahwa calon suami-isteri itu dipilihkan oleh
orang-orang tua mereka. Sedang pada masyarakat lainnya diserahkan pada
orang-orang yang bersangkutan. Selanjutnya perkawinan ini ada yang berbentuk
indogami (yakni kawin di dalam golongan sendiri, ada pula yang berbentuk
exogami (yaitu kawin di luar golongan sendiri).
3. Susunan nama-nama dan
istilah-istilah termasuk cara menghitung keturunan.
Di
dalam beberapa masyarakat keturunan dihitung melalui garis laki-laki misal : Di
batak. Ini disebut patrilineal. Ada yang melalui garis wanita, di Minangkabau.
Ini disebut : Matrilineal, di mana kekuasaan terletak pada wanita. Di Minangkabau
wanita tidak mempunyai hak apa-apa, bahkan hartanya pun tidak diurusi oleh
wanita itu, melainkan diurus oleh adik atau saudara perempuannya.
4. Milik atau harta benda
keluarga
Di manapun keluarga itu
pasti mempunyai milik untuk kelangsungan hidup para anggota-anggotanya.
5. Pada umumnya keluarga itu
tempat bersama/rumah bersama.
C. Makna Masyarakat
Seperti halnya dengan
definisi sosiologi yang banyak jumlahnya kita dapati pula definisi-definisi
tentang masyarakat yang juga tidak sedikit. Definisi adalah sekedar alat
ringkat untuk memberikan batasan-batasan mengenai sesuatu persoalan atau
pengertian ditinjau daripada analisa. Analisa inilah yang memberikan arti yang
jernih dan kokoh dari sesuatu pengertian.
Mengenai arti masyarakat
ini, baiklan di sini kita kemukakan beberapa definisi mengenai masyarakat itu,
seperti misalnya :
1. R. Linton : Seorang ahli
antropologi mengemukakan, bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang
telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan
dirinya berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan
batas-batas tertentu.
2. M.J. Herskovist : menulis
bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti
suatu cara hidup tertentu.
3. J.L. Gillin dan J.P. Gillin :
mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai
kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu
meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil.
4. S.R. Steinmets : seorang
sosiologi bangsa Belanda, mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia
yang terbesar, yang meliputi pengelompokan-pengelompokan manusia yang lebih
kecil, yang mempunyai perhubungan yang erat dan teratur.
5. Hasan Shadily :
mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa
manusia, dengan atau karena sendirinya, bertalian secara golongan dan mempunyai
pengaruh kebatinan satu sama lain.
Mengingat
definisi-defisini masyarakat tersebut di atas , maka dapat ambil kesimpulan,
bahwa masyarakat harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:
a. Harus ada pengumpulan
manusia, dan harus banyak, bukan pengumpulan manusia binatang.
b. Telah bertempat tinggal
dalam waktu yang lama dalam suatu daerah tertentu.
c. Adanya aturan-aturan atau
undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan
bersama.
Di dalam hubungan antara
manusia dengan manusia hubungan tadii. Reaksi ini yang menyebabkan
hubungan-hubungan manusia bertambah luas. Misalnya seorang yang menyanyi ia
memerlukan reaksi berupa pujian atau celaan guna mendorong tindakan
selanjutnya. Di dalam memberikan reaksi tersebut ada kecenderungan untuk mensereasikan
dengan tindakan orang lain.
Hal ini disebabkan manusia
sejak lahir mempunyai 2 hasrat/keinginan, yakni:
- Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain disekililingnya (yaitu
masyarakat), milieu sosial.
- Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana sekililingnya.
Kesemuanya itu ditimbulkan
kelompok-kelompok sosial (Sosial grups) dalam kehidupan manusia karena tak
mungkin hidup sendiri.
Kecenderungan
sosial ini merupakan keanehan, yaitu perasaan yang lain. Misalnya harga diri.
Rasa tetapi juga kelihatan berharga. Orang yang gila hormat misalnya sebetulnya
bertindak karena dorongan penghargaan orang lain. Kadang-kadang rasa harga dri
berhubungan juga dengan suatu keompok sosial tertentu, misalnya seseorang dapet
menunjukan prestasi yang baik. Kerapkali rasa harga diri menjerma menjadi nafsu
untuk berkuasa.
Suatu
himpunan manusia supaya merupakan kelompok sosial harus memenuhi syarat-syarat,
antara lain:
1.
Setiap anggota harus sadar bahwa ia merupakan
bagian lain kelompoknya
2.
Ada hubungan timbal balik antara
anggota-anggotaya.
3.
Ada suatu faktor yang di miliki bersama, seperti
nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi yang sama
dan sebagainya,
Jadi
masyarakat itu di bentuk oleh individu-indivdu yang beradab dalam ke adaan
sadar. Indiivdu yang fikiran nya rusak, individu individu type pertama tidak
dapat menjadi anggota masyarakat yang permanen,saling mengikatkan dirinya
dengan individu-individu lain nya . membentuk sati kesatuan dapet di sebut
individu sebagai anggota masyarakat.
Sesungguhnya telah kita bedakan dua
pengertian yang contras, namun kodratnya manusia iyu adalah “makhluk sosial”
bukan makhluk individual. Kenyataan ini sesuai dengan rumus Aristoteles : man
is by nature a political animal, yang artinya : manusia pada kodratnya adalah
makhluk yang berkumpul-kumpul. Atau dengan singkat manusia itu adalah zoon
politicon.
Pertumbuhan adalah suatu perubahan ke
arah yang lebih maju dan lebih dewasa. Pertumbuhan dapat di tinjau dari tiga
aliran yaitu Asosiasi, Psikologi Gestalt, Sosiologi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dapat di lihat dari tiga pendirian,yaitu: Nativistik,
Empiristik dan environmentalistik, Konvergensi dan interaksionisme.
Fungsi-fungsi
keluarga yaitu:
a.
Sebagai tempat atau wahana pembentukan
kepribadian anak-anak dari anak keturunan keluarga tersebut.
b.
Berfungsi sebagai alat reproduksi
kepribadian-kepribadian
c.
Sebagai eksponen dan perantara (transmisi)
kebudayaan masyarakat, sebab keluarga menempati posisi kunci.
d.
Sebagai lembaga perkumpulan ekonomi dan,
e.
Sebagai pusat-pusat pengasuhan dan pendidikan anak-anak
sebagai penerus generasi bangsa.
Pembagian
kerja pada kelompok-kelompok masyarakat sederhana lebih di titikberatkan pada
keterbatasan dan kemampuan fisik ( antara orang wanita dan pria). Oleh karena
itu pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan kekuatan fisik di lakukan oleh orang
laki-laki. Sebaliknya perkerjaan yang ringan di kerjakan oleh orang wanita.
Dalam lingkungan kelompok masyarakat
maju, yang terbagi menjadi masyarakat non industri dan masyarakat industri,
pembagian kerja menjadi lebih kompleks, lebih rumit dan lebih khusus. Sejalan
dengan perkembagannya industri, lahirlah kelompok masyarakat pemilik modal (di
sebut majikan)dan kelompok pekerja. Berpangkal tolak dari penggolongan
kelas-kelas pekerja, dapat di bedakan : pekerja kasar, pekerja kelas menengah,
dan pekerja kelas tinggi.
Individu,
Keluarga dan Masyarakat :
a. Individu
di artikan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan.
b. Mengenai
pengertian keluarga ada beberapa pendapat antara lain :
1. Sigmund
Freud berpendapat bahwa keluarga adalah perwujudan dari adanya perkawinan
antara pria dan wanita, sehingga keluarga itu merupakan perwujudan dorangan
seksual.
2. Ki
Hajar Dewantara berpendapat bahwa keluarga itu adalah kumpulan beberapa orang
yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai
satu gabungan yang hakiki, eksensial
enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh golongan itu untuk
memuliakan masing-masing angotanya.
c. Mengenai
pengertian masyrakat antara lain menurut :
1. Drs.JBAF.MAJOR
Polak berpendapat bahwa masyarakat adalah wadah segenap antar hubungan sosial
terdiri dari kolektiva-kolektiva serta kelompok-kelompok dan sub-sub kelompok.
2. Prof.M.M.Djojodiguno
berpendapat bahwa masyrakat adalah suatu kebulatan dari segala perkembangan
dalam hidup bersama antara manusia dengan manusia.
3. Hasan
Sadily berpendapat bahwa masyrakat adalah suatu keaadan badan atau kumpulan
manusia yang hidup bersama.
Individu mempunyai makna
langsung apabila konteks situsional adalah keluarga atau lembaga sosial, sedangakan
individu dalam konteks lingkungan sosial yang lebih besar, seperti masyarakat
atau nasion, posisi dan peranannya semakin abstrak.
BAB IV
PEMUDA DAN SOSIALISASI
1. INTERNALISASI BELAJAR DAN SPESIALISASI
Internalisasi adalah proses
norma-norma kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai institusionalisasi
saja,akan tetapi mungkin norma-norma tersebut sudah mendarah daging dalam jiwa
anggota-anggota masyarakat.
Norma-norma
ini kadang-kadang dibedakan antara norma-norma :
1) Norma-norma yang mengatur pribadi yang mencakup
norma-norma kepercayaan yang betujuan agar manusia beriman,dan norma kesusilaan
yang bertujuan agar manusia berhati nurani yang bersih.
2)
Norma-norma yang mengatur hubungan pribadi,
mencakup kaidah kesopanan dan kaidah hokum serta mempunyai tujuan agar manusia
bertingkah laku yang baik dalam pergaulan hidup dan bertijuan untuk mencapai
kedamaian hidup.
a.
Masalah-masalah kepemudaan
Massalah pemuda merupakan masalah yang abadi dan
selalu dialami oleh setiap generasi dalam hubungan dengan generasi yang lebih
tua. Problema ini disebabkan karena sebagai akibat dari proses pendewasaan
seorang, penyesuaian dirinya dengan situasi yang baru timbullah harapan setiap
pemuda akan mempunyai masa depan yang (kalau bisa) lebih baik.
Daripada orang
tuanya. Proses perubahan terjadi secara lambat dan teratur (evolusi) atau
dengan besar-besaran sehingga orang sukar mengendalikan perubahan yang
terjadi,bahkan seakan-akan tidak diberi kesempatan untuk menyesuaikan dengan
situasi (obyektif) perubahan tadi.
Dewasa ini umum ditemukan bahwa
secara biologi, politis dan fisik seorang pemuda sudah dewasa akan tetapi
secara ekonomis, psikologis masih kurang dewasa. Seringkali diketemukan
pemuda-pemuda telah menikah, mempunyai keluarga menikmati hak politiknya
sebagai warga Negara tetapi dalam segi ekonominya masih tergantung dari orang
tua yang tinggal agak jauh dari tempat belajar/studinya.
Adapun inti pokok adalah bahwa
dalam masyarakat dengan system tertutup/tradisional, pembinaan dan proses
pendewasaan terjadi secara kontinyu, diawasi oleh social control masyarakat.
Suatu masyarakat akan mengalami
stabilitas social apabila “proses reproduksi generasi” berjalan dengan baik,
sehingga terbentuklah personifikasi, identitas- indentitas dan solidaritas
sebagaimana diharapkan oleh generasi sebelumnya.
b.
Hakikat Kepemudaan
Kiranya
disadari bahwa ada berbagai tafsiran yang bisa diberikan terhadap
pemuda/generasi muda. Untuk itu kiranya perlu
diperjelas bahwa pengertian pemuda disini adalah mereka yang berumur
diantara 15-30 tahun. Hal ini sesuai dengan pengertian pemuda/generasi muda
sebagaimana yang dimaksudkan dengan pembinaan generasi muda dan dilaksanakan
dalam repelita IV.
Pendekatan
klasik tentang pemuda melihat bahwa masa muda merupakan masa perkembangan yang
enak dan menarik. Kepemudaan merupakan suatu fase dalam pertumbuhan biologis
seseorang yang bersifat seketika, dan sekali waktu akan hilang dengan sedirinya
sejalan dengan hokum biologis itu sendiri: manusia tidak dapat melawan proses
ketuaan. Maka keanehan-keeanehan yang menjadi ciri khas masa muda akan hilang sejalan
dengan berubahnya usia.
Pendekatan
klasik melihat potensi dan romantisme pemuda sebagai suatu yang berdiri
sendiri, baik pemuda sebagai perorangan maupun pemuda sebagai anggota kelompok
da anggota dari suatu masyarakat. Demikian pula usaha-usaha untuk menyalurkan
potensi pemuda kerapkali bersifat fragmentaris, karena potensi itu dilihat
bukan merupakan sebagai dari aktivitas dalam wawasan kehidupan, tetapi tidak
lebih sebagai penyaluran tenaga yang berlebihan dari pemuda itu.
Asumsi
pokok yang kedua yang merupakan tambahan dari asumsi wawasan kehidupan ialah
posisi pemuda dalam arah kehidupanitu sendiri. Tafsiran-tafsan klasik
didasarkan pada anggapan bahwa kehidupan mempunyai pola yang banyak sedikitnya
sudah tertentu dan ditentukan oleh mutu pemikiran yang diwakili oleh generasi
tua yang bersembunyi dibalik tradisi. Dinamika pemuda tidak dilihat sebagai
sebagian dari dinamika kehidupan atau lebih tepat sebagian dari dinamika
wawasan kehidupan
Ciri utama dari pendekatan ini
melingkupi dua unsur pokok yaitu unsur lingkungan atau ekolagi sebagai
keseluruhan dan kedua, unsur tujuan yang menjadi pengarah dinamika dalam
lingkungan itu. Yang dimaksud dengan “lingkungan” dalam konsep ini melingkupi
seluruh aspek dari totalitas lingkungan yang dapat diidentifisir dalam
unsur-unsur lingkungan fisik, social dan budaya termasuk nilai nilai kehidupan.
Tingkah laku manusia merupakan interaksi antra manusia dengan lingkungan
pesisir pantai akan bertingkah laku yang berbeda dengan hidup di pegunungan.
Yang hidup di kota metropolitan hingarbingar akan berbeda dengan hidup di
dusun-dusun yang penuh kedamaian.
Dua
hal yang menonjol dari pendekatan ekosferis ini. Pertama, kepemudaan dan
kehidupan orang dewasa dan anak-anak merupakan totalitas. Dengan demikian tidak
ada pertentangan antara pemuda, orang dewasa (generasi tua) dan anak-anak,
secara fundamental. Kalaupun perbedaan dalam kematangan berfikir, dalam
menghayati makna hidup dan kehidupan ini semata-mata disebabkan oleh tingkat
kedewasaannya.
Dengan
pendapat diatas jelas kiranya bahwa pendekatan ekosferis mengenai pemuda,
menempatkan masalah pemuda pada horizon yang lebih luas. Segala jenis
“kelainan” yang hingga kini seolah-olah telah menjadi hak paten pemuda, akan
lebih dapat dimengerti sebagai suatu keresahan dari masyarakat sendiri sebagai
keseluruhan. Hal ini juga berarti bahwa
keresahan pemuda adalah juga suatu refleksi dari keresahan masyarakat secara
keseluruhan. Secara lebih spesifik, gejolak hidup pemuda dewasa ini, adalah
respons terhadap lingkungan yang kini berubah dengan cepat. Kerapkali
unsur-unsur manusiawi dengan lingkungan social ekonomis ataupun fisik,tidak
berjalan seirama. Secara ideal irama ini hendaknya harmonis, namun kerapkali
dalam kenyataannya hal ini sukar dicapai karena keterbatasan-keterbatasan dalam
lingkungan itu sendiri.
2. PEMUDA DAN IDENTITAS
Telah
kita ketahui bahwa “pemuda atau generasi muda” merupakan konsep-konsep yang
selalu dikaitkan dengan masalah “nilai”, hal ini sering lebih merupakan
pengertian ideologisdan kultural daripada pengertian ilmiah. Misalnya “pemuda
harapan bangsa”, “pemuda pemilik masa depan”
dan lain sebagainya yang kesemuanya merupakan bahwa moral bagi pe-Muda.
Tetapi dilain pihak pemuda menghadapi persoalan-persoalan sepetri kenakalan remaja, ketidakpatuhan persoalan seperti kenakalan remaja, ketidak pahaman kepada orang tua/guru, kecanduan narkotika,frustasi, masa depan suram , keterbatasan lapangan kerja dan masalah lainnya, kesemuanya akibat adanya jurang antara keinginan dan harapan dengan kenyataan yang mereka hadapi.
Tetapi dilain pihak pemuda menghadapi persoalan-persoalan sepetri kenakalan remaja, ketidakpatuhan persoalan seperti kenakalan remaja, ketidak pahaman kepada orang tua/guru, kecanduan narkotika,frustasi, masa depan suram , keterbatasan lapangan kerja dan masalah lainnya, kesemuanya akibat adanya jurang antara keinginan dan harapan dengan kenyataan yang mereka hadapi.
Diatas
telah dikemukakan bahwa pemuda sering dibuat “generasi muda”, merupakan istilah
demografis dan sosiologis dalam konteks tertentu. Dalam pola dasar pembinaan
dan pengembangan generasi muda bahwa yang dimaksud pemuda adalah :
1). Dilihat dari segi
biologis,terdapat istilah :
Bayi : 0 – 1 tahun
Anak :
1 – 12 tahun
Remaja :
12 – 15 tahun
Pemuda :
15 – 30 tahun
Dewasa :
30 tahun keatas
2). Dilihat dari segi budaya atau
fungsional dikenal istilah :
Anak :
0 – 12 tahun
Remaja :
13 – 18 tahun – 21 tahun
Dewasa :
18 – 21 tahun keatas
Dimuka pengadilan manusia berumur 18 tahun
sudah dianggap dewasa. Untuk tugas- tugas Negara 18 tahun sering diambil sebagai batas
dewasa tetapi dalam menuntut hak seperti hak pilih, ada yang mengambil 18 tahun
da nada yang mengambil 21 tahun sebagai permulaan dewasa. Dilihat dari segi
psikologis dan budaya, maka pematangan pribadi ditentukan pada usia 21 tahun.
3). Dilihat dari angkatan kerja, ada istilah
tenaga muda dan tenaga tua. Tenaga muda adalah calon- calon yang dapat diterima
sebagai tenaga kerja yang diambil antara 18 – 22 tahun.
4). Dilihat dari perencanaan
modern, digunakan istilah sumber- sumber daya manusia muda (young human
resources ) .